Muarasultra.com, Konawe– Sejumlah elemen pemuda dan mahasiswa di Kabupaten Konawe menggelar *aksi solidaritas* sebagai bentuk keprihatinan dan kecaman terhadap Gubernur Sulawesi Tenggara yang diduga telah menelantarkan mahasiswa asal Sultra yang sedang menempuh pendidikan di Jakarta.
Aksi yang berlangsung pada Rabu (8/10/2025) tersebut diikuti oleh berbagai organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan, di antaranya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), serta sejumlah aktivis independen di Kabupaten Konawe.
Para peserta aksi menilai bahwa Gubernur Sultra telah gagal menepati janjinya terkait pembangunan asrama mahasiswa Sultra di Jakarta, yang hingga kini tak kunjung terealisasi. Akibatnya, beberapa mahasiswa asal Sultra terpaksa bermalam di kantor Dinas Penghubung Sultra di Jakarta lantaran tidak memiliki tempat tinggal.
Koordinator aksi, Andriyadi M, S.H., M.H., dalam orasinya menyampaikan bahwa peristiwa tersebut mencerminkan lemahnya kepedulian pemerintah daerah terhadap nasib mahasiswa perantau yang membawa nama baik daerah di luar Sulawesi Tenggara.
“Janji gubernur soal asrama mahasiswa di Jakarta bukan hanya soal fasilitas, tapi soal tanggung jawab moral. Ketika janji itu diabaikan, maka mahasiswa merasa dikhianati oleh pemerintah daerahnya sendiri,” tegas Andriyadi dalam orasinya.
Lebih lanjut, Anci juga mengecam tindakan Kepala Penghubung Sultra di Jakarta yang justru membawa para mahasiswa tersebut ke kantor kepolisian, padahal mereka hanya mencari tempat perlindungan sementara.
“Tindakan Kepala Penghubung itu tidak manusiawi dan mencerminkan arogansi birokrasi. Seharusnya ia menjadi pelindung dan jembatan solusi, bukan menambah luka bagi mahasiswa yang sedang kesulitan. Karena itu, kami menuntut Gubernur Sultra untuk segera mencopot Kepala Penghubung Sultra di Jakarta dari jabatannya,” tegasnya.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan di akhir aksi, massa menyampaikan tiga tuntutan utama, yakni:
1. Menuntut Gubernur Sulawesi Tenggara untuk segera meminta maaf secara terbuka kepada mahasiswa Sultra di Jakarta dan mahasiswa Sulawesi Tenggara pada umumnya atas kelalaiannya.
2. Mendesak Gubernur Sultra untuk segera mencopot Kepala Penghubung Sultra di Jakarta yang diduga bersikap arogan terhadap mahasiswa.
3. Menuntut Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk segera merealisasikan janji pembangunan asrama mahasiswa Sultra di Jakarta sebagai bentuk tanggung jawab terhadap dunia pendidikan.
Aksi solidaritas tersebut berlangsung damai dengan orasi bergantian, pembacaan pernyataan sikap, dan pembentangan spanduk berisi pesan moral kepada pemerintah provinsi.
“Mahasiswa bukan musuh pemerintah, kami adalah mitra kritis. Suara kami adalah suara nurani rakyat dan masa depan Sultra,” tutup Anci.
Laporan : Redaksi






